Tuesday, April 27, 2010

Suara Penggorengan, Mengais Jelaga Seni Rupa Kontemporer

Variable Size, Mixed Media Sound Installation 2010


Contemporary art, a form of whatever creature it? Should we become a contemporary artist? Or are we really contemporary? art for some artists would still lay or dizziness headache even with this term especially to introduce to the public or the wider community. For most of the people of Bali's Visual art or paintings is an art that sell at art shops, at the art market or traditional painting with many different styles and of course that gives some people in certain areas of economic benefit, into work of art (painting) to order or sell the work of paintings in private-to keep the kitchen still steaming, they tend indifferent and unconcerned with the development of artistic discourse.

This work wants to look at the same time talking about the noisy roar like a whirlwind Indonesian art market the last two years where Realism is a visual art development of China passed the point of almost every artist barometer of Indonesia, a discourse that was almost (to say no) without a duel without appeal of our art infrastructure, all same with a servant paw to simply get the splash soot blessing art boom realistic without heavy themes, without seeing and reflecting sosiocultura phenomena surrounding, art that seem apathetic and extremely arrogant, pragmatic, practical depends on the high walls and sectional wall named gallery and the private room, with soaring prices incomparable to the price of death for a value of artwork. In fact almost all the art infrastructure and those who dare call themselves mapper, observers, or whatever his name in the universe is actually part of art to wallow in a vicious cycle that capitalistic art market with a walled pile of misleading quotes recently, a guide book as thick as hair on her pubic hair virgin and arguments justifying speech es.be.ye defensive style that all the actions he and his followers are true.


The Sounds Of frying pan into visual form the beginning of my babbling will be the situation of art today and be one of the work had been exhibited at my first solo exhibition, and this time I developed the idea, hoping for a target shooting a much more targeted than just a piece of goods "useless" in a corner of the studio. By using various media, such as finding items, so items from the factory / store, former toys part, wood, metal and electronic circuits that produce sounds, I wish I could hit with more context to be criticized.


I treat art as a "weapon" he directed as much as possible will aim to dissect every issue even within his own problems, the generic art that is similar to the capital markets, buy ... buy ... buy ... and buy as a way to work only to be sold and purchased and such as the offerings in front of bosses, was like fried, crunchy which can only be consumed on the spot, because if it is left for tomorrow will be felt tasteless too oily. His voice was too noisy like an empty barrel, deafening and not educate at all. Cheers


Note: This art work I applied for the Indonesian Art Award 2010 but I think the jurors won't be let it as one of the nomination, I think they are feel this work will slap directly on their face or kick their ass? we'll see.






Monday, April 26, 2010

Upeti Untuk Macan Asia

exhibition and music party flyer

Geekssmile 2nd album


GEEKSSMILE 2nd ALBUM P
ROJECT

Upeti Untuk macan Asia 140x150cm acrylic on Canvas 2010.
this painting is for Geekssmile 2nd album cover.

check our online songs streaming at
http://www.reverbnation.com/geekssmile

the cover album making process

UPETI UNTUK MACAN ASIA
oleh Herry Sutresna

Macan Asia adalah mitos. Tepatnya mitos yang diusung dari narasumber para penggagas imperialisme modern atau dalam bahasa lainnya Globalisasi (Kapitalisme). Untuk masuk lebih dalam ke wilayah ‘imperialisme’ atau penjajahan, ilustrasi pertama akan menggambarkan sebuah kondisi prasyarat dari ‘penjajahan’ itu sendiri, mengenai arti penting negeri jajahan dan cara menguras kekayaan dari negeri itu, sesuatu yang dilukiskan sebagai berikut, Jajahan-jajahan menjamin pasar untuk manufaktur-manufaktur yang sedang bertunas, dan melalui monopoli pasaran, menjamin akumulasi yang terus meningkat. Harta kekayaan yang dirampas di luar Eropa dengan jalan perampokan terang-terangan, perbudakan, dan pembunuhan, mengalir kembali ke Ibu-negeri dan di sana dirobah menjadi kapital".

Macan Asia adalah mitos. Mitos yang mempijakkan diri pada kekuatan modal, kapital yang berupa uang, atau selembar kertas-kertas ‘berharga’. Sistem mata uang seperti ini yang mengendalikan dunia selama berabad-abad. Tak ada salahnya meminjam teori konspirasi ala iluminati, dimana sistem mata uang dibuat untuk mensiasati kebutuhan barat akan kapital dimana mereka miskin emas atau sumber daya alam dan digantikan dengan mata uang. Fokus ilustrasi ini adalah bagaimana kapital berkuasa dengan uang sebagai garda depannya.

Macan Asia adalah bagian dari Mitos Globalisasi yang mampu memaksa liberalisasi berbagai sektor yang dulunya non-komersial menjadi komoditas dalam pasar yang baru. Ini mungkin klise namun penting. Komodifikasi kehidupan sehari-hari dalam berbagai sektornya bisa ditelisik lebih lanjut, mana yang paling ironis dikooptasi, misalnya pendidikan, sumber daya alam seperti air dsb. Bisa masuk ke hal yang lebih detail misalnya tuntutan longgranya kontrol negara dan tuntutan untuk berkompetisi dan tekanan institusi global, seperti IMF dan World Bank, mau atau tidak, membuat dunia politik dan pembuat kebijakan harus berkompromi untuk melakukan perubahan. Lahirnya UUD 1945 yang telah diamandemen, UU Sisdiknas, dan PP 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) setidaknya telah membawa perubahan paradigma pendidikan dari corak sentralistis menjadi desentralistis yang tidak berpihak, memudahkan korporasi masuk dan mengontrol. Atau bisa juga kooptasi di kebudayaan, bahwa proses globalisasi akan membuat dunia seragam. Proses globalisasi akan menghapus identitas dan jati diri. Kebudayaan lokal dan etnis akan ditelan oleh kekuatan budaya besar atau kekuatan budaya global.

Pameran ini bisa dibilang lauching album geeksmile dengan format yang berbeda dari lauching sebelumnya, karena diisi dengan pameran lukisan masih sangat erat kaitannya dengan album tersebut, saya dari awal konsep album ini digarap sudah mempunyai gagasan untuk membuat visualisasi dari setiap lagu berupa bentuk lukisan dan akhirnya dengan pertimbangan dari kawan2 di geekssmile dan Heri sutresna dari bandung (recana awal untuk bikin cover artnya) dia mempertimbangkan karya2 saya untuk dijadikan cover dan artwork dalam album upeti untuk macan asia ini.

Bulan Februari dipilih adalah karena bulan itu dieksekusinya Datuk Ibrahim Tan Malaka, tepatnya 21 Februari 1949, (ditembak mati oleh Brigade S atas perintah dari Letnan dua Sukatjo, eksekusi yang terjadi selepas Agresi Militer Belanda kedua itu didasari surat perintah Panglima Daerah Militer Brawijaya Soengkono dan Komandan Brigade-nya Letkol Soerahmat. Ia seorang tokoh besar Asia yang oleh bangsanya sendiri di “kecilkan” artinya dalam catatan sejarah bangsa ini, karena gagasan dan perannya dalam partai komunis Indonesia menajadi stigma sendiri dari rezim orde baru yang dengan sengaja menghapuskan jejak pemikiran beliau, bahkan banyak lagi pemikir-pemikir hebat bangsa ini yang dengan sengaja dilupakan bahkan dimusnahkan karya-karyanya oleh rezim yang berkuasa.

Pameran akan dilaksanakan pada tanggal 19 februari 2011 di Serambi Art Antida, jam 7pm sampai selesai.






These art works are for Geekssmile 2nd album project called Upeti Untuk Macan Asia (Tribute To Asian Tiger) here's some of the visualization of the songs from the album that already I finished work it til now.


100x120cm, acrylic paint on canvas 2010
Napalm Drive


mata nanar, berderu jantungmu
bisik manis sehangat peluru
hasrat kau biarkan bicara

kereta trend terus melaju
larikan mimpi tak terangkul
definisikan dirimu

industri promosi asumsi konsumsi

[Reff]
mengental, hasrat tubuh selalu lapar
gelombang rayuan industri
mencari batas baru untuk serupa dunia
mencari, mencari, produksi, membeli
eksploitasi

kebiri pola pikirku
naikkan limit kartu kreditmu
matirasakan nurani
uniformitas alienasi

mana yang nyata? (kapital)
mitologi budaya (belanja)
di depan kasir berdiri (berdiri)
terseret tsunami advertisi

[Reff 2]
buta memandang upah dan harga
membisu, mendengar, seruan promosi
pejamkan mata selamanya
hysteria transaksi menarik picu dalam pikiran (manis sehangat peluru)
takluk dan jatuh dihempas mulut besar korporasi (manis sehangat peluru)
totalitas pasar pada grafik supply and demand (manis sehangat peluru)
serahkan takdir pada almighty invisible hand

saatnya akhiri penghakiman immortal perakit moral
dan hadapi degradasi setiap hak asasi
rekonstruksi imajinasi, nisan realitas
fatalisme dominasi dan tiang gantungan
ambil kendali hidupmu

kerasukan Marcos

set me free




100c120cm acrylic paint on canvas 2010

Rebeldia
collection of JRX S.I.D drumer and devildice singer and guitarist

menolak dibentuk siklus yang memaksa tundukkan kepala
meronta menolak patron emas citra unggul
naluri fatamorgana jejal kompas dikepala
orgasmekan serunya HBO di depan Poppies 2

grafiti dan politisi aerosol dan amunisi
perkosa imajinasi hamba setia ideologi
hadiahkan coca-cola di senja merah palestina
seiring tumbangnya berhala-berhala dunia ketiga

pasar baru tuhan baru kebenaran dan konsumsi baru
majukan bidakmu selangkah ke garis depan
konsumen baru umat baru budak strategi pasar sun tzu
kuzalimi siklus industri sejak kau telan harapan

pastikan setiap nyawa sudah rapi teregistrasi
terlahir lalu mati hanya untuk membeli dan dibeli
biarkan si tua bangka berlindung di balik kemah dogma
aku berbaris tegap dari barak-barak logika

[Reff]
place my soul on the highway (tekan detonator runtuhkan sejarah para juara)

marcos jadi dj bush menari di lantai dansa PBB
tony blair jadi negro pemadat di bronx
1000 vietnam, mussolini jadi CEO Mc D
aku jadi jari tengah di kerling medusa

untuk echo dan distorsi yang kugenggam dalam kepalan
satu lagi hardcore fans dengan koleksi cd bajakan
jadikan aku saladin dengan mimpi kosong tanpa cermin
berdansa sampai tepi barat dengan otak tanpa dopamin

sniper wolf tidak eksis tapi dia original
merangkak dalam pahatan semu khayalan adam liar
barisan ritme impresi sketsa mural kultural
parasit transmiter yang terbentuk dengan belaian dajjal

anak haram 90's berkiblatkan 70's
surrealis fraksis tanpa harus jadi morfinis
muntahkan riff kotor sulut gema abreaksi fuga
tekan lagi detonator runtuhkan sejarah para juara

[Reff]
place my soul on the highway (tekan detonator runtuhkan sejarah para juara)

tak ada harapan

[Reff]
place my soul on the highway (tekan detonator runtuhkan sejarah para juara)



150x100cm, acrylic and pen on canvas 2010

Black Blood Green Thunder
collection of Mr. Agung Alit from Mitra Bali

senja merah dingin larasmu menerobos kota pasir
tumbal baru untuk utopia
konspirasi eliminasi darah mengering di perang suci
mengais kepingan utopia

senja merahku bersamaku
menunggu jiwa kalian
senja merahku bersamaku
melaju dan mati

[Reff]
black blood green thunder
never fooled don't know pain massive hunger
black blood green thunder
never fooled don't know pain massive hunger

embrio brutal pemusnah total dualisme frontal
lenin dan stalin tukar jasadku dengan bensin
exxon MNC DC, wajah baru koloni VOC
mimpi zion dan NAZI, saddam dan khomeini
ilusi demokrasi, ambisi pax americana
melaju seiring logika perang dan pasar, definisi halal haram para jagal liberal

poros setan, barel balistik bala tentara tergilas resolusi 1368
manuver super profit dari WTC ke baghdad, supremasi super power dan kantong mayat
xenophobi abadi terlegitimasi altar ekspansi
bahasa baru orwell
merayu dengan setiap moncong senapan
inklusi fiksi menjadi api

senja merahku bersamaku (terbenam runtuh topeng-topeng tiran)
menunggu jiwa kalian (di garis depan menggenggam kelam)
senja merahku bersamaku (bertahan tertawan)
melaju dan mati

[Reff]
black blood green thunder
never fooled don't know pain massive hunger
black blood green thunder
never fooled don't know pain massive hunger

i named you amerikka

takkan takluk sampai akhir (sergap)
garda tempur regang nyawa (serang)
gudang senjata makam pikiran (bantai)
satu komando bakar harapan (hancurkan)

sergap, serang, bantai, bakar (untuk medali)

konflik murni

lenin stalin tukar jasad hamba dengan bensin





Tuhan-Tuhan Baru
120x100cm, acrylic paint on canvas
Collection of Rebekah Moore, US music research and writer

bisa hidup tanpa cinta tak bisa hidup tanpa pulsa
zombie zombie reich ke empat americana
kasta kasat mata, kau mengeluh tapi terus membeli
kartu kredit adalah painkiller; rimaku adalah ecstasy

3gp picu adiksi porno indie
tinggalkan enny arrow, saatnya menjadi bintang di filmmu sendiri
webcam dibilik-bilik usang warnet berbandwidth pas-pasan
pezinah layar datar; stalker pengangguran dengan yahoo id samaran

google god akan memandumu temukan authorized dealer prosesor intel pentium terbaru
amazon alexa akan memastikan data pribadimu dijual kepada penawar tertinggi
perjanjian rahasia microsoft dan inkompatibilitas software
hantu - hantu mall digital
selamat datang di masa depan, pastikan kau sudah memiliki account paypal

[Reff]

racoon city, 60 frame per second, cd bajakan dan optik ausmu
lupakan dvd, blu-ray merombak ulang imajinasi dengan seri action rpg konami palin baru
raungan rudal-rudal pintar lintas benua; hardcore horror tanpa operator
aku mengadaptasikan rush ini selangkah lebih baik daru uwe boll

blackberry woman, sisakan remah perhatian; membusuk di hotspot, lupakan ritual transfer cairan
kirim mms rayuan, besok malam kau dihadiahi senggama oleh exhibitionist friendster berumur belasan
bookmark dan kunjungi blog-blog religi yang menawarkan ampunan instant
demi malam usang dan pagi di facebook yang mulai basi
bius aku dengan wangi kulit selebriti yang berjejal di tv

[Reff]

one god, one nation, one market, one consumer





Streetjunkie

70x90cm, acrylic paint on canvas

lonely soul and distant thunder
paid for wound i want to lose myself
minefield dancing get closer to me now
don't wanna feel don't wanna leave don't wanna hunger

scorching searchlights looking for new height
these groove is lefty if your drug is right
your smell just got me foolin'
empty biting while my baghdad goes burning

rise your faith
from the darkest hell
still remain
trust are never false

sembah kurambah lubang hitam kujajah
ciuman suci dari paras cantik liberti
panaskan bara tuk maju selangkah lagi
tunjukkan padaku arti dekonstruksi
slogan lacur introduksi
titisan tuhan anti kutukan
pesta para dewa analisis tragedi
bunuh diri suci pelebur orasi

[Reff]

you used to get me fooled, those piercing eyes
commie wannabe mighty lefty rock n roll
streetjunkie

we shall overcome (and become the fire)

rehidrate now be my gasoline
go ride these sweats now, just a nile away
i'm gonna start wall bombing
since my baghdad is already high burning

you got me fooled invite me in
you got me fooled
but you can't feel it this is my feeling

menahan sakit saat takdir menyeretku
dosiskan tinggi amarah pada lirikku
hantam durasi dan putar kembali waktu
pasar dan kapital tolong goyahkan imanku
distraksi sipilis disiplin hipnoterapis
james brown bombin' 9 mm mc
cocktail molotovku telah siap untuk yang tragis
bangunkan aku di fajar saat b-boy menari

[Reff]

you used to get me fooled, those golden heels
commie wannabe mighty lefty rock n roll
streetjunkie

you used to get me fooled, those smokescreen smell
commie wannabe mighty lefty rock n roll
streetjunkie

martir
biar
martir
cabut lagi nyawaku




Mendobrak Dominasi

60x60cm, acrylic paint on canvas

meratap tanah membasuh malu kalah dengan darah
lapisi wajah takluk topeng impor tanpa lelah
terkunci tanpa upah seakan rupiahmu bertuah
lalui setiap masa dengan nostalgi yang tetap sama

sadap waktu dalam religiku
kuhantam gerak logika dalam grafitiku
karena marx dan smith menari dalam nadiku
saatnya jm keynes menjadi ayah tiriku

tak punya alasan untuk mundur militan sampai lubang pantatku
menghadang larasmu sejak dua ribu satu
rimaku terlahir jadi pemangsa alami
bencong bling-bling gombrong yang mengklaim dirinya mc

aku dan amarah adalah teman sekamar
sehat sekarat tunduk ditindas mati terkapar
cipratan lumpur dan darahmu sewangi bvlgari
matilah seiring aku ledakkan panggung sekali lagi

[Reff]
saatnya mendobrak dominasi

rotasi hening tak henti
ku gapai teori industri
injeksi ramalan takdir
kutukar dengan resistensi
rasa jiwa lukai hasrat sirna
dahaga buta bawaku pulang ke tanah surga

bandar burger bandar cinta
tony montana bangun apartemen di kuta
injeksikan lebih banyak quentin tarantino
rambo dan komando berebut kupon diskon sogo

gen yang terhina sarah budak nista
rengkuh diriku dari genggaman FTA
bunyikan untuk 1 not dan pelacur dewa settle lot
ulangi ritmis flow mistisme kurtis blow

tunggu sinyalku kita menyerang serentak (nyalakan api imajinasi)
tunggu sinyalku kita menyerang serentak (putar kembali rima transisi)
tunggu sinyalku kita menyerang serentak (nyalakan api imajinasi)
tunggu sinyalku kita menyerang serentak (saatnya segera membeli takdir)
sekarang

[Reff]
saatnya mendobrak dominasi

tanks and bombs burning flesh (serpihan...bertahan...jelaskan)
fog of war napalm drop (terancam...hapuskan...ku meradang)
tanks and bombs burning flesh (serpihan...bertahan...jelaskan)
fog of war napalm drop (terancam...hapuskan...ku meradang)

pecahkan sunyi jiwaku
rasuki roh tak sadarku

Go!

aku menolak takdir yang kau hibahkan padaku
aku menolah takdir yang kau hibahkan padaku

nyalakan bara api anti puritan
ku lelah sadar dalam realitas
biar pedih ku pun turut membalas
teriakkan kemarahan

teriakkan kemarahan





Dopamin Propaganda

90x70cm, acrylic and spray paint on canvas

evolusi balik terali, lepas kendali hasrat kembali seiring set bertahta lagi
mengais jelaga tanpa pengacara aspirin dan ganja beri efek lebih nyata
tak kunjung lelah, walau berdarah; terus marah selama masih bangun pagi tanpa rumah
menari diatas belati senyummu, semburkan notasi purba renggut perawanmu

geliat semangat memacu laju menentang mencekik kebuntuan takut untuk melangkah
teriak lantang nada tanpa bisikan lukiskan sajak di kanvas profan kecemasan
tergesa, seragam, bisu, remuk dan padam
terkubur dalam keluh bangkai jiwa berpeluh
rasuki kegilaan tanpa waktu menjelang, benamkan kepedihan dibalik keangkuhan
jasad meronta, berkata, menista, merana dalam bayangan tameng paranoid genggaman despotik
muslihat kultus di tanah utopis exodus casius clay, genderang nyali para morpheus

luka supersonik milik remaja arsonis; ini propaganda
luka supersonik milik remaja arsonis
pahat masa depan dengan 1000 kepalan, pemaku telapak tuhan haus darah tiran

[Reff]
afinitas klaim kembali jalanmu
solidaritas fraksiskan keyakinanmu (dopamin propaganda)

menanti penghabisan dalam pucuk dahaga, menggapai badai penat deru angin melaknat
sejenak tertahan jeruji, mengilhami visi menggores warna, hitam-putih kepala
mimpi basah ambisi, eksperimen tragedy, memory berdarah hipokrasi iman sejati
reklamasi harapan dari corong kematian, kita menghitam bersama tan

reklamasi harapan dari corong kematian, kita menghitam bersama tan
bersama tan, bersama tan
kita menghitam bersama tan (tabuh genderang nyali para Morpheus)

hidup adalah desepsi, subversi dan ironi
bangkit untuk berpijak jangan pernah mati terinjak
surga dunia para domba; digembala dan percaya
hadapi realita, saatnya sehari menjadi singa

klaim lagi jalanmu
tulis sejarahmu
temukan esensi
saatnya beraksi

klaim lagi jalanmu
tulis sejarahmu
temukan esensi dalam diri
saatnya beraksi





Revoltanthem

60x90cm, acrylic paint on canvas

terlahir dan mati dalam jagat raya keos
memasung perang baru tragikomedi polyphemus cyclops
menantang demokrasi mencengkram liberty batalkan setiap pakta
back to panggung operasi

tuhan lawan tuhan ditengah tebalnya kabut perang
dijual terpisah bagai medieval dan coldwar
hari-hari hitamku kuhempas kuseret kulempar
selangkah lagi menuju valhalla psikadelia

masuki kosmos jelajahi sang mikrokosmos
tikaman horor simulacrum ala george soros
terjerat masuk mati tertusuk menolak tunduk
dan bangkit di dunia penuh martir busuk

surgamu tak buta warna
hidupmu tak kenal karmapala
tetap di formasi kita hantam sekali lagi
hidup atau mati tentukan kali ini

[Reff]

laguku akan hapuskan luka
laguku akan hapuskan luka
laguku akan hapuskan luka
laguku pasti akan hapuskan luka

genosida membangun era manusia hibrida
merakit jiwa terobsesi atraksi cabut nyawa
kontaminasi rubah ide imajinasi
tersungkur rangkulan tentakel globalisasi

pasukan bunuh diri dengan mentor import malaysia
tanam paksa pikiran dengan apa yang kau sebut agama
kutunggu arwah penasaranmu di gerbang nerakaku

kurajam urat syaraf detik tak bertaraf
menukar nyawa ampunan seperti yesus dan barabas
terbentur keras melepuh panas
wajah golgota gaza rekrut rebel baru di chiapas

getir perih jerat luka
bersolek dalam kamar mayat korporasi
aku yang jadi takutmu
gemetar di hadapanku

[Reff]

laguku akan hapuskan luka
laguku akan hapuskan luka
laguku akan hapuskan luka
laguku pasti akan hapuskan luka

renta akhiri hasrat dominasi
lihat dengar rasakan ini revolusi

renta dalam emosi dan akhiri
dendam dalam hasrat dominasi
pesona inspirasi revolusi
lihat dengar rasakan set me free

ini bukan surgamu
aku bukan martir busukmu
ini bukan nyawamu
ini bukan hidup kecilmu




Bayang Tak Berwajah
60x70cm, acrylic paint on canvas


gantung perih gantung luka
malam haram aku pulang
tanpa peluh tanpa tubuh
hanya bayang tak berwajah

gelap paju umpan peluru
nyawa regang raga tumbang
yang kupeluk hanya redup
anak haram residu perang

Bridge

ini bukan masalah yang berlumur siapa
tikam diriku dan kaupun menghitam kau menghitam
ini bukan masalah yang bergumul siapa
kau tikam diriku tapi kutahu waktuku kan datang

Reff

aku masih saja coba rindukan malam
bersama puing-puing mukaku
temukan diriku
lepaskan dan pertahankan

dan aku masih saja coba rindukan badai
bersama puing-puing mukaku
temukan diriku
lepaskan dan pertahankan

Bridge

[Reff]

untuk siapa perang ini?
katakan padaku.


geekssmile


Pertemuan dengan Tan Malaka

Bergabunglah pada kekuatan-kekuatan pembebasan yang nyata, yang ada di tengah-tengah kalian, seperti yang dilakukan oleh Tan Malaka.
(De Tribune, 7-Maret-1922)

Siang itu seorang laki-laki yang berwajah tegas dengan sorot mata tajam, berjalan menghampiriku. Ia mengulurkan tangannya dan dijabatnya tanganku dengan keras. 'Namaku Tan Malaka' begitu ucapnya sambil duduk di sebelahku. Aku tertegun dan belum sempat ngomong ketika ia kemudian bilang 'Katanya kamu ingin bertanya banyak padaku?

Aku mencoba mengingat-ingat wajah seorang yang duduk di sampingku ini. Bajunya putih bersih dengan garis wajah yang diselimuti kabut. Tan Malaka, pria yang telah berhasil membuat bangsa ini memiliki keharuman. Tan Malaka, pria yang telah menuliskan banyak karya raksasa. Tan Malaka, seorang aktivis pergerakan yang menggoreskan perlawanan dengan kata-kata lugas.

'Ya aku ingin banyak bertanya dengan anda yang sering disebut-sebut sebagai seorang pejuang' tanpa ragu aku mengajaknya untuk bicara

'jangan kau sebut aku pejuang kalau apa yang aku dan teman-teman lakukan kalian sia-siakan' dengan muka lugas ia ucapkan kata-kata itu

Aku terhenyak dan sembari agak menjauh kulihat paras mukanya dari samping. Tulang pipi yang kurus itu masih menampakkan kerutan yang teguh. Aku seperti menyaksikan seorang yang tidak pernah bisa dikalahkan oleh badai

'kalian telah menjerumuskan rakyat ini dalam penderitaan. Kulihat kalian mewarisi sifat-sifat para penjajah. Malah kalian bukan hanya meniru dengan persis, tapi melebihi apa yang penjajah lakukan dulu'

Aku masih saja diam mendengar suaranya yang berat dan kering. Ikal rambutnya yang agak bergelombang dengan sorot mata yang keras itu membuatku yakin, kalau Tan Malaka adalah aktivis yang tidak pernah memikirkan kepentingan dirinya sendiri

'kusaksikan kalian yang masih muda tidak punya keberanian untuk menentang kesewenang-wenangan. Yang kalian kerjakan tidak seimbang dengan penderitaan rakyat yang sudah melampaui batas. Kupikir tulisanku sudah cukup bisa mendorong kalian untuk melakukan tindakan, tapi ternyata aku keliru'

Tan Malaka kulihat menundukkan muka. Matanya melihat tanah hitam di bawahnya dan kemudian menengokku. Matanya memandang diriku seolah-olah aku makhluk unik.

'apa yang kaukerjakan selama ini anak muda? Begitu tanyanya

'aku seorang mahasiswa yang juga aktif dalam dunia gerakan, aku sama sepertimu' begitu jawabku agak yakin. Tan Malaka menatapku tampak agak ragu dan berkata

'ketika aku seusiamu kujelajahi dunia pengetahuan bukan dengan pesona tapi bertanya. Saat aku seusiamu kubikin sekolah rakyat yang tidak mengutip bayaran. Aku ajari anak-anak tiga pelajaran penting, ketrampilan agar mereka menjadi manusia merdeka, filsafat agar mereka tahu akar pengetahuan dan berorganisasi agar mereka menjadi bagian dari pergerakan. Sayang orang-orang kolonial itu menangkapku jauh lebih cepat dari yang kuduga. Apa yang kaukerjakan sekarang anak muda?

Agak terkejut aku dengan pertanyaanya yang tajam dan cepat. Kujawab dengan ragu-ragu 'yang kukerjakan diskusi, sesekali aku ikut merancang demonstrasi dan pernah aku tertangkap polisi gara-gara membakar foto penguasa. Aku juga ikut mengorganisir rakyat miskin dengan mendampingi mereka dan memaksa agar parlemen bicara dengan mereka. Kini aku aktif di salah satu LSM'

Ia tersenyum dan kulihat kabut di wajahnya berangsur-angsur memudar. Kali ini ia mendekat dan menepuk pundakku 'dulu aku punya kawan yang wajahnya mirip denganmu. Namanya Semaun, ia seorang yang pintar dan berani. Kami percaya untuk mengangkat harga diri bangsa yang terjajah tidak ada jalan lain kecuali melalui pendidikan dan perlawanan. Kami berdua bikin sekolah dan aku diajaknya masuk Sarekat Islam. Apa LSM itu seperti Sarekat Islam?

Aku tertegun dan bingung memberi jawaban. Sesungguhnya aku sendiri tak tahu apa yang dikerjakan oleh LSM. Aku kadang disuruh nulis proposal lalu dibelakangnya ada anggaran dana yang jumlahnya besar sekali. Habis itu aku disuruh mengerjakan training, pelatihan bahkan pendidikan dengan honor dan biaya yang bisa untuk membeli HP. Tapi aku malu menjawab pertanyaan Tan Malaka. Malah aku kemudian ganti bertanya, 'apa yang dikerjakan Sarekat Islam?

Tiba-tiba Tan Malaka memandangku dengan heran. 'aku yakin kamu tak pernah diberitahu apa itu Sarekat Islam. Inilah kekuatan politik pertama yang berteriak lantang melawan para penguasa kolonial. Kami terdiri dari anak-anak muda sepertimu. Kami ajak rakyat untuk melawan setiap kesewenang-wenangan. Diberi nama Sarekat Islam, karena agama ini menolak untuk menjadikan orang menjadi budak. Hal yang kemudian dikerjakan pula oleh PKI. Kami dulu menjadi anggota Sarekat Islam sekaligus menjadi anggota PKI. Aku yakin cerita sejarah tentang itu tak pernah sampai ke telingamu. Zaman sudah banyak berubah dan kulihat nasib bangsa ini jauh lebih buram. Aku banyak mendengar, kalau kalian sudah jadi penguasa yang menjajah rakyatnya sendiri. Rakyat itu kalian jadikan budak. Sekali lagi kalau kupandang muka para penguasa sekarang ini, aku jadi ingat muka para aparat kolonial dulu'

Aku hanya bisa tertunduk. Kuingat beberapa temanku yang menjadi politisi curang. Mereka aktivis partai tapi tidak punya gagasan besar untuk memerdekakan rakyat. Kuingat temanku yang menjadi kaum profesional yang juga terlibat dalam persekongkolan dengan para kapitalis.

'Kalian memiliki penguasa diktator yang kejam pada rakyat kecil. Menggusur tempat tinggal mereka, membuat pendidikan dengan harga yang mahal dan membebani rakyat kecil dengan ongkos kesehatan yang tinggi. Beberapa kali kulihat kalian ikut mensukseskan program yang didanai oleh bantuan asing dengan sikap yang loyal. Jika kausebut dirimu seorang aktivis perubahan sosial apa yang akan kaukerjakan anak muda? Kaudiamkan seorang pejabat yang kekayaanya melebihi pendapatan jutaan penduduk miskin. Kaubiarkan seorang pejabat tinggi bergaji 110 juta per bulan jauh melambung melebihi UMR buruh. Apa yang selama ini kaulakukan anak muda?

Lagi-lagi aku terdiam lama sekali. Kuingat-ingat apa yang pernah kukerjakan selama ini. Ikut dalam solidaritas teman-teman memantau anggaran. Ikut melakukan pengorganisiran terhadap para pedagang kaki lima. Ikut serta dalam barisan oposisi menentang militerisme yang hendak berkuasa. Dan kadang-kadang ikut nimbrung dalam program demokrasi.

Tan Malaka memandangku dengan rasa iba. Seolah-olah ia tahu kecamuk pikiran yang kurasakan. Ia berdiri dan menatapku, lalu perlahan-lahan ia mengucapkan serangkaian kalimat:

'Anak muda apa yang kaukerjakan selama ini memang masih jauh dari kebutuhan rakyat. Kau dikepung oleh kekuatan kapitalis yang tumbuh dan berpengaruh luas. Kulihat kau sendiri susah untuk mempertemukan teman-temanmu yang punya komitmen serupa. Kulihat jumlah kalian yang sangat kecil dengan ikatan disiplin yang longgar. Anak muda organisasimu harus belajar banyak dari sejarah Sarekat Islam atau PKI. Dua kekuatan politik yang dulu mampu mengetahui kebutuhan rakyat. Rasa-rasanya kalian harus baca ulang apa yang kutulis dalam Aksi Massa, Madilog dan Gerpolek. Pahami pikiran kami bukan dengan pisau akademik semata melainkan juga dengan pisau gerakan. Pahami semangat dan spirit yang melandasi kami semua. Camkan bahwa struktur kapitalis hanya bisa dilawan dengan kekuatan pengetahuan dan kekuatan pergerakan. Pengetahuan yang mengabdi pada kepentingan rakyat bukan yang menjadi alat bagi penguatan sistem produksi kapitalis. Maka senjata gagasan harus kalian kerjakan lebih dulu. Disitu kulihat kalian malas. Tak pernah kubaca tulisan kalian yang menggugah dan memberi inspirasi rakyat untuk melawan. Tak pernahkah dalam benak kalian untuk mendirikan pendidikan yang baik dan murah untuk melayani rakyat miskin? Anak muda kau adalah tumpuan rakyat miskin, jika kau ingin mengenal, memahami serta membela mereka, maka yang kaukerjakan hanya satu: hidup dan hayati kehidupan bersama mereka.

Ia menepuk pundakku dan melangkah pergi. Dari punggungnya kulihat ia berjalan bergegas. Aku berdiri ingin mengejarnya. Tapi langkah itu terlalu cepat dan ia menghilang di balik gubuk-gubuk yang baru digusur. Akh, Tan Malaka semasa hidupnya ia bersama orang miskin dan kini kutemukan dirinya di tengah perkampungan miskin. Kampung orang miskin yang jumlahnya sangat padat dan penduduknya menjadi golongan yang dulu diperjuangkan kemerdekaanya oleh Tan Malaka. Tan Malaka, bagiku kau adalah inspirasi yang tak pernah lekang oleh waktu. Menjadi martir untuk sebuah perubahan yang kini memakan korban anak bangsa sendiri. Andai kau masih di depanku tentu aku hendak mengatakan

“ya, kami memang tidak mampu melakukan seperti yang kaukerjakan. Kami berada dalam lingkungan pendidikan yang busuk. Pendidikan yang tidak bisa membuat kami dekat dengan penderitaan rakyat. Kami hanya memiliki sedikit intelektual besar yang mampu menuliskan penderitaan rakyat. Intelektual kami hanya sibuk dengan urusan perutnya sendiri. Kami juga tidak memiliki pemimpin gerakan yang berpandangan terbuka, bergerak progresif dan bisa memahami kebutuhan rakyat. Yang kami punya hanya pemimpin karbitan, pemimpin yang muncul sekejab dan tidak memiliki pikiran-pikiran besar yang menjangkau ke arah masa depan. Indonesia yang dulu kauperjuangkan kini sudah banyak berubah. Negeri ini telah membiakkan kebusukan: korupsi, perdagangan anak, pembunuhan, kriminalitas, dan kemiskinan. Tapi kami anak muda, yang ingin berbuat seperti yang kaulakukan. Kami ingin melawan, melawan, dan terus melawan. Terhadap penguasa yang diktator, aktivis yang menjadi broker politik, intelektual yang melacurkan ilmunya, dan preman yang menggunakan kekerasan pada rakyatnya sendiri. Itu yang ingin dan sedang kami kerjakan, Tan Malaka.

Link artikel aslinya

http://www.resistbook.or.id/index.php?page=newsletter&no=2-2004&id=15&lang=id



SLIDE SHOW

SENI ADALAH SENJATA

Painting No 3, Camouflage Series

Painting No 3, Camouflage Series
Army,Kebaya Cloth, Fake Butterfly and Acrylic on Hardboard

THE SOUNDS OF PENGGORENGAN. 2008

A Tales From Island of Gods

a tales from island of god